Belakangan ini kalo ada masalah mengenai provider yang gue pake, gue nggak pernah ngeluh. Malah sebaliknya, gue bersuka ria itu bisa terjadi. Itu berarti gue harus ke provider center-nya di daerah Kodya Bogor sana. Emang sih agak jauh, karena rumah gue ada di kabupaten. Dan kabupaten itu sendiri dipimpin oleh bupati, bukan gubernur, sedangkan kodya dipimpin oleh walikota. Nah, bupati dan walikota itu bertanggung jawab perihal pemerintahannya kepada gubernur. Dari gubernur baru kemudian kepada presiden. Nah gue jadi bingung apa yang mau gue ceritain tadi, bukan mengenai daerah tingkat pemerintahan itu sih sebenernya. Sampe dimana tadi?
*dua minggu berlalu*
Oh iya, sampe pada gue harus ke galeri provider center untuk beresin masalah provider gue. Nah iya, jadi gitu, gue harus ke provider center-nya buat beresin masalah provider gue. Dan itu berarti gue bakal ketemu customer service cantik yang sebut aja namanya Mawar. 😕 Eh jangan deh udah terlalu mainstream. Sebut aja.. hmm.. siapa ya? Oke, Bambang! Eh, tapi nggak cocok juga. Yang namanya Bambang itu nggak pernah cantik. Hmm, oke baiklah sebut aja "N".
Nah, gue seneng banget hari ini bakal ketemu Mbak "N" ini. Gue suka sama pribadinya yang ramah, baik, dan bersahaja. Yaaa gue tau, CSO pada umumnya kan emang seperti itu, tapi entah kenapa gue begitu mengagumi kepribadiannya.
Dan pagi tadi jam 6 gue udah bangun lalu bersiap mau mandi. Iya, emang terlalu dini, karena gue mau ketemu CSO provider telepon seluler gue itu sekitar jam 11-an. Tapi suka-suka gue donk, hidup hidup gue. 😬 Kenapa jadi loe yang sewot?? Oke lanjut..
Eniwei, yang gue cerita kemaren tentang koper yang ke-pending di bandara, yang isinya alat ketampanan (bukan kecantikan) gue, thank's God, nggak ada 1 pun yang ilang, dan udah kembali berjejer dengan rapi di depan cermin meja rias gue. Itu artinya bisa gue maksimalkan kegunaannya hari ini.
Seperti biasa, selepas mandi, gue langsung menuju ke depan cermin untuk memperganteng (bukan mempercantik) diri. Kebiasaan buruk gue yang selalu berulang-ulang terjadi adalah gue baru menyadari bahwa deodorant Al*xand*r gue udah hampir abis ketika mau gue pake hari itu juga. Dan gue perkirakan pemakaiannya hari ini cuma cukup buat ketek sebelah kanan ato kiri aja, nggak mungkin bisa ter-cover dua-duanya. Tapi sebagai manusia tampan seutuhnya, gue nggak pernah panik dengan situasi genting macem begitu. Gue selalu bisa mengatasi dengan cara mengkombinasi sumber daya yang ada. Yaaa, udah bisa dipastikan, sih, hasilnya nggak akan semaksimal biasanya, tapi seenggaknya bisa teratasi dengan gemilang.
Setelah melalui perdebatan panjang serta gencatan senjata yang cukup sengit antara ketek kanan dan ketek kiri, dimana kedua kubu (ketek) tersebut bisa sangat berpotensi untuk saling menjatuhkan, akhirnya gue putuskan ketek kiri untuk memenangkan perkara yang cukup pelik ini. Gue di sini hanya bertindak sebagai penengah, dan nggak ada maksud untuk pilih kasih, apalagi pilih ketek, karena kedua kubu ketek tersebut, kesemuanya adalah aset berharga gue di masa depan. Entah apa jadinya kalo kedua ketek itu pergi meninggalkan gue. Mungkin gue bakal jadi seorang pemuda tampan baik hati yang armpit-less, atau seorang yang hidup sebatangkara tanpa kehadiran sang ketek. (ini apaan sih woyyy??!!)
Oke, kenapa gue berkeputusan buat makein deo Al*xand*r itu ke ketek kiri gue? Itu gue lakukan demi menghindari terjadinya kesenjangan sosial diantara ketek dan gue harus bersikap adil sesuai dengan penyataan Pancasila sila ke-2 butir ke-3568. Mungkin ada beberapa dari loe yang pernah baca tulisan gue di blog yang sebelumnya, yang mana gue diperhadapkan pada situasi yang sama seperti tadi pagi, namun gue lebih memilih ketek kanan buat gue pakein G*tsby pada waktu itu. Dan ketek kiri yang akhirnya ngalah, gue pakein S*ffell spray, karena saat itu bener-bener nggak ada cologne lain sebagai substitusinya. Tapi dengan begitu ada hal positifnya juga, ketek kiri gue selain wangi kulit jeruk, juga bebas dari gigitan nyamuk demam berdarah maupun malaria, yaa walopun rasanya agak nyelekit-nyelekit semriwing dikit gitu di ketek gue. 😒 Untungnya pagi ini gue masih ada stick-deodorant D*ve, yang kemaren udah dilengserkan dari tahta nyokap buat gue, jadi gue nggak perlu pake spray anti nyamuk buat ketek kanan gue.
Oke akhirnya gue pun udah rapi dan siap buat pergi menemui Customer Service Officer cantik di galeri provider center, lengkap dengan amunisi semprotan deo Al*xand*r di ketek kiri gue dan olesan stick-deo D*ve di ketek kanan gue.
Setelah 2 jam melewati pergumulan batin yang hebat tentang ketek tadi, akhirnya gue berangkat. Gue sengaja berangkat lebih awal karena sebelumnya gue ada urusan dulu untuk ngirim paket sama beli deodorant baru.
Sampe di provider center, jam di tangan gue udah terpampang pukul 11.00 WIB. Gue pun segera ambil nomer antrian dan kertas di tangan gue menunjukkan angka 523, itu berarti gue harus nunggu giliran 2 orang lagi. 15 menit berlalu, ketika nomer antrian gue dipanggil, bak pucuk dicinta berenang-renang ke tepian (lho???), seakan jodoh, ternyata CSO-nya Si Mbak "N" yang tadi gue ceritain itu. 😙😚
Nggak butuh waktu lama, langsung aja gue jelaskan maksud dan tujuan serta gue utarakan perasaan gue, eh, salah, gue sampaikan apa yang jadi permasalahan tentang hape gue. Mbak "N" ngejelasin dengan sangat elegance, sambil sesekali senyum seolah mamerin kawat giginya, dia tetep fokus ngejelasin ke gue dengan menatap terus mata gue. Rambutnya yang pendek seakan menguatkan karakternya sebagai wanita yang simple dan single (ah sotoy amat luh!!). Ohhh.. sungguh indahnya karya surgawi yang terdeskripsi di hadapan gue itu. Parasnya yang anggun bikin gue cuma "heu'euh-heu'euh" aja ngedengerin apa yang dia bilang. Gue juga nggak akan bisa kalo suru ngejelasin balik, apa yang dia jelasin ke gue. Seakan terbuai, gue sangat terpesona dengan tatapannya yang teduh dan sangat mengayomi tersebut. Mungkin gue sampe ngacay, kali, di counter 1 tadi.
Sekitar 10 menit tatapan matanya terus beradu dengan pandangan mata gue. Akhirnya urusan gue selesai dan kami pun saling mengucapkan terima kasih, seraya bangun dari kursi. Gue pun menuju parkiran motor untuk pulang.
Sebelum pake helm, seperti biasanya gue selalu bercermin di kaca spion motor buat ngecek penampilan. Ketika gue mendapati sebuah wajan, eh, wajah di hadapan gue, seketika gue syok berat, menemukan secercah kemilau mutiara di sudut mata kiri gue, yang kalo dalam bahasa Perancis biasa disebut "les BELEK" !!! 😲😲😲
Omaigooottt tukang somay kecebur goootttt!! Jadi.. dari tadi.. ??? 😳😳😳 ketika pandangan kami beradu dengan harmonisnya.. 😢😢😢
Ahhh.. ya sudahlah.. nasi Padang sudah menjadi bubur Cianjur. Kalo kata Raisa:
♪♬ mau dikataaakan apalaaaagiiiii... ♪♬
Mungkin gue nggak bakal balik lagi ke sana. Gue bakal ganti provider aja ato gue bakal nggak pake provider lagi, mungkin bisa pake mesin fax ato telegram aja. 😑😕😣
Tapi 1 hal, peristiwa yang sangat spektakuler itu menunjukkan sikap profesionalisme yang sangat dijunjung tinggi, mau gimana pun keadaan dari customer, Si Mbak "N" tadi tetap melayani dengan senyum yang menawan. Makasih, Mbak. ☺ *suara instrumen lagu Gugur Bunga mengalun lembut*
Eh, tapi kan customer mau gimana juga keadaannya, itu haknya customer tho? *seketika lagu Gugur Bunga ganti jadi lagu Surti Tedjo-nya Jamrud* Yeeeaaahhh!! 😎😎😎
Oke, tadi itu kisah gue hari ini. Diangkat berdasarkan novel kisah nyata.
Selamat malam, readers!! Selamat rehat.
God bless us. ☺😊