Thursday 9 January 2014

-10012014-

Lo semua pasti bingung, apa makna yang terpendam di bawah judul tersebut. Eniwei kenapa gue pake "terpendam di bawah ... " bukannya "terpendam di balik ...". Menurut gue, kalo "di balik" itu match-nya sama "tersembunyi". Iya ga? Iya kan? Iya donk? Bener ga? Bener kan? Bener donk? Hmm.. tapi yasudahlah yaa.. nggak penting juga, biarkan Dewa Neptunus aja yang menentukannya. Sekarang mari kita beranjak kepada analisa hukum teori korelasi yang telah gue cetuskan ketika gue baru bangun tidur tadi jam 6. Entah gue tadi malem mimpi apa, sehingga bisa merumuskan teori jenis baru di taun 2014 ini.

Siang itu, dikala Sang Batara Surya masih bersinar terik, disaat gue lagi siaran di ruang studio (iyalah, masa di sawah??) kemaren, gue yang niatnya sebelum siaran, jam 8 mau ke kampus untuk membereskan sesuatu, dapet pesan dari nyokap gue via aplikasi whatsapp. Lalu terjadilah perbincangan yang harmonis namun terkesan absurd, yang sejurus kemudian menimbulkan pertanyaan dalam benak khalayak ramai bahwa benarkah hubungan antara 2 insan ini adalah antara seorang anak sulung yang tampan dan ibundanya yang sangat sophisticated?

Lalu kurang lebih begini isi dari obrolan yang prestisius tersebut:

Ibu (I): "Eh, kamu udah jadi ke kampus belom?"

Anak sulung yang tampan (G): "belom, ntar siang aja, bu, ini lagi di radio.. lagi siaran. Kenapa gitu?"

(I): "Nggak kenapa-kenapa. Daripada nganggur ni, mending wasapan. Sambil nunggu Bu P****** ma Bu S** di pertigaan Gunungbatu. Kayak monyet nggak laku euy. Tempatnya bau pesing, lagi.."

Gunungbatu itu adalah nama sebuah daerah di Kota Bogor, tempat lahir beta, dibuai dibesarkan bunda. Eh, gue nggak lahir di Bogor, deng..

(G): "Widih, monyet sekarang bisa wasapan ya?? keren bangetttt.. cucok!"

(I): "Ya.. ya.. kan monyet milenium.. Oh iya, belum selesai siaran ya?"

(G): "beuhhh, monyet gaulll.. mau pada kemana emang??"

(I): "Mau ke bank jabar nhanter 2 orang itu bika rekeninh.."

Mungkin maksud nyokap gue adalah: "nganter 2 orang itu buka rekening".

Supaya kalian tau aja, kalo berkirim pesan instan sama nyokap gue itu harus memiliki kemampuan supranatural yang spektakuler dan unlimited, supaya bisa membaca maksud terselubung dari pesan yang dikirim nyokap gue, dan gue udah terbiasa dengan kemampuan itu, kapabilitas indigo gue udah terasah dengan sangat sempurna sejak nyokap gue mengenal teknologi canggih bernama "henpon". Gue maklumin aja sih kalo suka typo ato salah-salah mencet keypad gitu, mungkin jempol nyokap gue itu lebih besar diameternya dari pisang ambon, atau malah ngetiknya pake sarung tinju. Mungkin.. entahlah..

Dan sesaat kemudian nyokap mengajukan permintaan yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam 27 tahun terakhir ini..

(I): "Kirim fotomu yang lagi siaran donk.."

Woowww!! Ada apakah gerangan tiba-tiba Sang Bunda memiliki rasa keingintahuan yang tinggi mengenai buah hati yang dicintainya??
*kamera zoom in zoom out di muka gue*

Tapi daripada gue didakwa sebagai anak yang durhaka, terus dikutuk jadi batu akik, 1,5 detik kemudian, akhirnya dengan senang hati riang gembira bersukaria, gue penuhilah permintaan Sang Ibunda yang telah membuai dan membesarkan gue tersebut.

*foto dikirim*

(I): "Keliatan keren tu fotomu.."

Gue mensugesti diri gue dalam setiap liku kehidupan untuk selalu nggak cepat berbangga hati, berbesar hati, apalagi tinggi hati. Dan kemudian feeling gue terbukti akurat..

(I): "Btw, kamu udah mandi belum??"

Tuh kan.. untung gue belom larut dalam euforia sukacita kemenangan gemilang yang menggelegar dan menggebu-gebu.
--"
Kenapa juga sih pertanyaannya harus se-telak itu? Apakah gue terlihat seperti pribadi yang rendah hati serta berbudi pekerti luhur namun belom mandi?

(G): "udah.."

Gue hanya menjawab singkat, gue cuma ingin memberi kesan misterius kepada sang penerima pesan di sana, dan membiarkan ia berpikir, menerka dan menduga, benarkah pernyataan yang disampaikan oleh sang penyiar kècè tersebut bisa dipertanggungjawabkan di hadapan konstitusi hukum dan di hadapan Sang Maha Pencipta, ataukah hanya kedustaan semata? Biarkanlah Dewa Neptunus yang menentukan.. *ngomongnya sambil monyong-monyong serta memicingkan mata ala presenter infotainment "Silet" yang kalo ada di depan gue saat itu juga langsung bakal gue timpuk pake gerobak cilok*

15,58 menit berlalu, nyokap gue belum bales penyataan misterius gue tadi. (lagian apa juga yang harus dibales?? orang cuma: "udah.." doank). Dan 25,481 menit kemudian berlanjutlah sesi berbalas pesan tersebut.

(I): "nanti abis dari bank, Bu S** minta dianter beli hape. Tapi kok lama banget ni. Kaki sampe kaku. Duh ni kayak monyet dah diobral tapi tetep nggak laku.."

Dan sekali lagi nyokap gue memperjelas serta mempertegas hubungannya dengan mamalia menyusui jenis primata yang mirip dengan manusia itu. Dan bukan gue yang bilang lho, bahwa... ah sudahlah.. biarkan gue dan Dewa Neptunus yang tau..

(G): "Emang belom pada dateng ya??"

(I): "Belum. Tapi katanya udah pada naik angkot.."

Dan gue pun nggak bales lagi, lalu langsung sibuk nyusun-nyusun playlist lagu, lantaran gue masih belom beres siaran.

5 menit kemudian ada whatsapp masuk dari nyokap, yang bilang katanya formasi genk "The Former Trio Kwek-kwek Indonesia" nya (yang kini gue singkat menjadi "The Former TKI") udah lengkap dan siap meluncur ke TKP. Dan gue cuma membalas dengan "ok".

Well, obrolan aktual abad ini, yang tertera diatas itu memang berdasarkan kisah nyata, tapi udah melalui proses editing dan filtering dari kalimat-kalimat yang sangat iyuuhh dan tidak seharusnya untuk dijadikan konsumsi publik serta sudah selayaknya disensor, tapi tanpa mengurangi esensi yang terkandung di dalamnya, seperti:

"Take care ya bu, love you.. :* "
#soswit

Lalu ada juga..

"Nanti kamu pulang siaran titip beli salam laos sama sereh ya, buat masak.. oh iya beli daun jeruk juga sama spiritus.."
(ini sebenernya nyokap gue mau masak ayam apa mau mempersembahkan gue sebagai korban bakaran sih??) --"

Dan fakta yang terungkap..

Sebenernya sebelum nyokap minta foto gue yang lagi siaran itu, nyokap udah lebih dulu ngirim fotonya yang lagi senyum-senyum ala Cherrybelle yang baru pertama tampil di tipi, sambil nunggu genk TKI-nya itu di pinggir jalan, yang seperti primata nggak laku-laku itu. Kurang kerjaan emang. Ckckck.. sungguh tiada tara. Kemudian gue kok jadi berasa kayak sepasang muda-mudi yang lagi kasmaran tuker-tukeran foto gitu yah? Makanya itu gue sensor. --"

Well ok, that's my life, ada yang biasa aja, ada yang penuh cinta, ada yang ajaib, ada yang absurd, ada yang aneh, ada suka, ada duka, ada-ada aja.. semua berkolaborasi menjadi satu dalam suatu bentuk harmonisasi kehidupan yang sebenarnya sangat indah ini, hanya tinggal bagaimana cara kita memandangnya aja.

Selamat berak..tivitas, readers..
Cheers!!

Have a magnificent day..

God bless you all..
:)

#salamtampan